Kamis, 27 Desember 2012
BUKALAH HATIMU
Dikisahkan, ada seorang anak muda yang merasa dirinya tidak bahagia. Setiap
hari, dari jendela kamarnya dia melihat taman dan pemandangan alam yang
sangat indah, orang berlalu lalang, anak-anak bermain dengan gembira.
Tetapi
fenomena itu tidak membuat hatinya bahagia. Justru dia tidak mengerti,
mengapa orang-orang di luar sana bisa tertawa-tawa bersama atau setidaknya
menunjukkan wajah yang gembira.
Karena melihat keadaan di sekitarnya, atinya yang hambar, terusik pada
pertanyaan, "Apa rahasia bahagia?"
Demi mendapatkan jawaban tersebut, si pemuda memutuskan keluar dari
kamarnya
dan mulai bertanya kepada siapa saja yang mungkin bisa memberi jawabannya.
"Maaf Pak, saya mau bertanya, dari mana bahagia itu?" tanyanya kepada
seorang bapak yang tampak gembira melihat anak-anak yang sedang berlarian.
"Bahagia? Dari mana datangnya? Lihat saja anak-anak itu," jawab si bapak
santai. Si pemuda mencermatinya dan tidak mengerti mengapa melihat
anak-anak
itu adalah kebahagiaan.
Dia pun berjalan terus dan berusaha bertanya ke beberapa orang lainnya
tetapi tetap saja tidak menemukan jawabannya, apa dan bagaimana bahagia
itu.
Hingga tibalah dia di depan rumah seorang petani yang sedang beristirahat
sambil meniup seruling dengan nikmatnya.
Si pemuda menunggu sampai lagunya selesai dan mengajukan pertanyaan yang
sama. "Ayo, masuklah kemari," si petani mempersilakan si pemuda
dengan ramah.
"Bapak sedang membuat seruling baru. Lihatlah! Begini caranya." Tangannya
pun sibuk memperagakan memilih bambu, mengusap dan membersihkan bulu-bulu
halusnya dengan cermat. "Setelah bersih, kini saatnya meratakan dan
kemudian
melubanginya."
"Bapak, saya kemari bukan belajar membuat suling dan apa hubungannya semua
ini dengan kebahagiaan?" tanya si pemuda dengan kesal.
"Anak muda, jangan marah dulu. Perhatikan dulu apa yang hendak Bapak
jelaskan. Bambu sekecil ini bisa mendatangkan nada yang indah, rahasianya
ada di lubang-lubang kecil ini. Nah, sama dengan kebahagiaan yang kamu
tanyakan. Buatlah lubang dan biarkan dia terbuka di dalam hatimu. Karena
tanpa kamu pernah membuka hati, sama halnya kamu tidak pernah memberi
kesempatan pada hatimu sendiri dan selamanya kamu tidak akan mengenal, apa
itu bahagia. Mudah kan? Apakah kau mengerti?"
"Ya Pak, saya mengerti. Terima kasih."
*Para pembaca yang budiman*,
Merasa senang dan bahagia adalah keadaan hati. Seringkali kita melihat
ataupun mendengar banyak orang yang memiliki harta berlimpah tetapi hidup
tidak bahagia. Ada pula orang yang hidupnya biasa-biasa saja, tetapi tampak
sekali kebahagiaan melingkupinya.
*Membuka hati berarti bisa menerima keadaan apapun kita hari ini, namun
TETAP berikhtiar mengejar mimpi yang kita harapkan. Mampu menikmati hidup
ini secara positif dan bernilai bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.
Dengan sikap mental hidup seperti itu, PASTI setiap saat kita bisa
menikmati
kebahagian secara alami. *
hari, dari jendela kamarnya dia melihat taman dan pemandangan alam yang
sangat indah, orang berlalu lalang, anak-anak bermain dengan gembira.
Tetapi
fenomena itu tidak membuat hatinya bahagia. Justru dia tidak mengerti,
mengapa orang-orang di luar sana bisa tertawa-tawa bersama atau setidaknya
menunjukkan wajah yang gembira.
Karena melihat keadaan di sekitarnya, atinya yang hambar, terusik pada
pertanyaan, "Apa rahasia bahagia?"
Demi mendapatkan jawaban tersebut, si pemuda memutuskan keluar dari
kamarnya
dan mulai bertanya kepada siapa saja yang mungkin bisa memberi jawabannya.
"Maaf Pak, saya mau bertanya, dari mana bahagia itu?" tanyanya kepada
seorang bapak yang tampak gembira melihat anak-anak yang sedang berlarian.
"Bahagia? Dari mana datangnya? Lihat saja anak-anak itu," jawab si bapak
santai. Si pemuda mencermatinya dan tidak mengerti mengapa melihat
anak-anak
itu adalah kebahagiaan.
Dia pun berjalan terus dan berusaha bertanya ke beberapa orang lainnya
tetapi tetap saja tidak menemukan jawabannya, apa dan bagaimana bahagia
itu.
Hingga tibalah dia di depan rumah seorang petani yang sedang beristirahat
sambil meniup seruling dengan nikmatnya.
Si pemuda menunggu sampai lagunya selesai dan mengajukan pertanyaan yang
sama. "Ayo, masuklah kemari," si petani mempersilakan si pemuda
dengan ramah.
"Bapak sedang membuat seruling baru. Lihatlah! Begini caranya." Tangannya
pun sibuk memperagakan memilih bambu, mengusap dan membersihkan bulu-bulu
halusnya dengan cermat. "Setelah bersih, kini saatnya meratakan dan
kemudian
melubanginya."
"Bapak, saya kemari bukan belajar membuat suling dan apa hubungannya semua
ini dengan kebahagiaan?" tanya si pemuda dengan kesal.
"Anak muda, jangan marah dulu. Perhatikan dulu apa yang hendak Bapak
jelaskan. Bambu sekecil ini bisa mendatangkan nada yang indah, rahasianya
ada di lubang-lubang kecil ini. Nah, sama dengan kebahagiaan yang kamu
tanyakan. Buatlah lubang dan biarkan dia terbuka di dalam hatimu. Karena
tanpa kamu pernah membuka hati, sama halnya kamu tidak pernah memberi
kesempatan pada hatimu sendiri dan selamanya kamu tidak akan mengenal, apa
itu bahagia. Mudah kan? Apakah kau mengerti?"
"Ya Pak, saya mengerti. Terima kasih."
*Para pembaca yang budiman*,
Merasa senang dan bahagia adalah keadaan hati. Seringkali kita melihat
ataupun mendengar banyak orang yang memiliki harta berlimpah tetapi hidup
tidak bahagia. Ada pula orang yang hidupnya biasa-biasa saja, tetapi tampak
sekali kebahagiaan melingkupinya.
*Membuka hati berarti bisa menerima keadaan apapun kita hari ini, namun
TETAP berikhtiar mengejar mimpi yang kita harapkan. Mampu menikmati hidup
ini secara positif dan bernilai bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.
Dengan sikap mental hidup seperti itu, PASTI setiap saat kita bisa
menikmati
kebahagian secara alami. *
PESAN IBU
Pesan Ibu
Suatu hari, tampak seorang pemuda tergesa-gesa memasuki sebuah restoran
karena kelaparan sejak pagi belum sarapan. Setelah memesan makanan, seorang
anak penjaja kue menghampirinya, "Om, beli kue Om, masih hangat dan enak
rasanya!"
"Tidak Dik, saya mau makan nasi saja," kata si pemuda menolak.
Sambil tersenyum si anak pun berlalu dan menunggu di luar restoran.
Melihat si pemuda telah selesai menyantap makanannya, si anak menghampiri
lagi dan menyodorkan kuenya. Si pemuda sambil beranjak ke kasir hendak
membayar makanan berkata, "Tidak Dik, saya sudah kenyang."
Sambil berkukuh mengikuti si pemuda, si anak berkata, "Kuenya bisa dibuat
oleh-oleh pulang, Om."
Dompet yang belum sempat dimasukkan ke kantong pun dibukanya kembali.
Dikeluarkannya dua lembar ribuan dan ia mengangsurkan ke anak penjual kue.
"Saya tidak mau kuenya. Uang ini anggap saja sedekah dari saya."
Dengan senang hati diterimanya uang itu. Lalu, dia bergegas ke luar
restoran, dan memberikan uang pemberian tadi kepada pengemis yang berada di
depan restoran.
Si pemuda memperhatikan dengan seksama. Dia merasa heran dan sedikit
tersinggung. Ia langsung menegur, "Hai adik kecil, kenapa uangnya kamu
berikan kepada orang lain? Kamu berjualan kan untuk mendapatkan uang.
Kenapa setelah uang ada di tanganmu, malah kamu berikan ke si pengemis
itu?"
"Om, saya mohon maaf. Jangan marah ya. Ibu saya mengajarkan kepada saya
untuk mendapatkan uang dari usaha berjualan atas jerih payah sendiri, bukan
dari mengemis. Kue-kue ini dibuat oleh ibu saya sendiri dan ibu pasti
kecewa, marah, dan sedih, jika saya menerima uang dari Om bukan hasil dari
menjual kue. Tadi Om bilang, uang sedekah, maka uangnya saya berikan kepada
pengemis itu."
Si pemuda merasa takjub dan menganggukkan kepala tanda mengerti. "Baiklah,
berapa banyak kue yang kamu bawa? Saya borong semua untuk oleh-oleh." Si
anak pun segera menghitung dengan gembira.
Sambil menyerahkan uang si pemuda berkata, "Terima kasih Dik, atas
pelajaran hari ini. Sampaikan salam saya kepada ibumu."
Walaupun tidak mengerti tentang pelajaran apa yang dikatakan si pemuda,
dengan gembira diterimanya uang itu sambil berucap, "Terima kasih, Om. Ibu
saya pasti akan gembira sekali, hasil kerja kerasnya dihargai dan itu
sangat berarti bagi kehidupan kami."
Teman-teman yang luar biasa,
Ini sebuah ilustrasi tentang sikap perjuangan hidup yang POSITIF dan
TERHORMAT. Walaupun mereka miskin harta, tetapi mereka kaya mental!
Menyikapi kemiskinan bukan dengan mengemis dan minta belas kasihan dari
orang lain. Tapi dengan bekerja keras, jujur, dan membanting tulang.
Jika setiap manusia mau melatih dan mengembangkan kekayaan mental di dalam
menjalani kehidupan ini, lambat atau cepat kekayaan mental yang telah kita
miliki itu akan mengkristal menjadi karakter, dan karakter itulah yang akan
menjadi embrio dari kesuksesan sejati yang mampu kita ukir dengan gemilang.
Suatu hari, tampak seorang pemuda tergesa-gesa memasuki sebuah restoran
karena kelaparan sejak pagi belum sarapan. Setelah memesan makanan, seorang
anak penjaja kue menghampirinya, "Om, beli kue Om, masih hangat dan enak
rasanya!"
"Tidak Dik, saya mau makan nasi saja," kata si pemuda menolak.
Sambil tersenyum si anak pun berlalu dan menunggu di luar restoran.
Melihat si pemuda telah selesai menyantap makanannya, si anak menghampiri
lagi dan menyodorkan kuenya. Si pemuda sambil beranjak ke kasir hendak
membayar makanan berkata, "Tidak Dik, saya sudah kenyang."
Sambil berkukuh mengikuti si pemuda, si anak berkata, "Kuenya bisa dibuat
oleh-oleh pulang, Om."
Dompet yang belum sempat dimasukkan ke kantong pun dibukanya kembali.
Dikeluarkannya dua lembar ribuan dan ia mengangsurkan ke anak penjual kue.
"Saya tidak mau kuenya. Uang ini anggap saja sedekah dari saya."
Dengan senang hati diterimanya uang itu. Lalu, dia bergegas ke luar
restoran, dan memberikan uang pemberian tadi kepada pengemis yang berada di
depan restoran.
Si pemuda memperhatikan dengan seksama. Dia merasa heran dan sedikit
tersinggung. Ia langsung menegur, "Hai adik kecil, kenapa uangnya kamu
berikan kepada orang lain? Kamu berjualan kan untuk mendapatkan uang.
Kenapa setelah uang ada di tanganmu, malah kamu berikan ke si pengemis
itu?"
"Om, saya mohon maaf. Jangan marah ya. Ibu saya mengajarkan kepada saya
untuk mendapatkan uang dari usaha berjualan atas jerih payah sendiri, bukan
dari mengemis. Kue-kue ini dibuat oleh ibu saya sendiri dan ibu pasti
kecewa, marah, dan sedih, jika saya menerima uang dari Om bukan hasil dari
menjual kue. Tadi Om bilang, uang sedekah, maka uangnya saya berikan kepada
pengemis itu."
Si pemuda merasa takjub dan menganggukkan kepala tanda mengerti. "Baiklah,
berapa banyak kue yang kamu bawa? Saya borong semua untuk oleh-oleh." Si
anak pun segera menghitung dengan gembira.
Sambil menyerahkan uang si pemuda berkata, "Terima kasih Dik, atas
pelajaran hari ini. Sampaikan salam saya kepada ibumu."
Walaupun tidak mengerti tentang pelajaran apa yang dikatakan si pemuda,
dengan gembira diterimanya uang itu sambil berucap, "Terima kasih, Om. Ibu
saya pasti akan gembira sekali, hasil kerja kerasnya dihargai dan itu
sangat berarti bagi kehidupan kami."
Teman-teman yang luar biasa,
Ini sebuah ilustrasi tentang sikap perjuangan hidup yang POSITIF dan
TERHORMAT. Walaupun mereka miskin harta, tetapi mereka kaya mental!
Menyikapi kemiskinan bukan dengan mengemis dan minta belas kasihan dari
orang lain. Tapi dengan bekerja keras, jujur, dan membanting tulang.
Jika setiap manusia mau melatih dan mengembangkan kekayaan mental di dalam
menjalani kehidupan ini, lambat atau cepat kekayaan mental yang telah kita
miliki itu akan mengkristal menjadi karakter, dan karakter itulah yang akan
menjadi embrio dari kesuksesan sejati yang mampu kita ukir dengan gemilang.
menentukan tujuan hidup
Menentukan Tujuan Hidup
"Life is a promise; fulfill it. - Kehidupan ini adalah sebuah janji; Penuhi
janji itu."
Mother Teresa
Tujuan hidup adalah keyakinan, moral, atau standar yang akan mengendalikan
hidup kita, sebab ia (tujuan hidup) memandu pola pikir dan perilaku kita.
Contoh seorang ayah ingin meluangkan waktu bersama anak lelakinya. Ia
merencanakan nonton pertandingan sepak bola. Tetapi ia kecewa karena
mobilnya terjebak macet parah.
Sesaat kemudian ia segera melupakan rasa kecewa dan kembali ceria, sebab ia
ingat tujuannya adalah meluangkan waktu bersama anak tersayang. Nonton bola
hanya sarana untuk mencapai tujuan dan bisa diganti dengan cara lain. Lalu
ia mampir ke sebuah kafe di pinggir jalan dan ia merasa senang karena
benar-benar mencapai tujuannya yaitu menghabiskan waktu berdua dengan
anaknya sepanjang hari.
Contoh lain misalnya dulu menikah tujuannya untuk mencari kebahagiaan
berdua. Tetapi setelah dalam proses beberapa tahun, justru masing-masing
mencari kesenangan sendiri-sendiri. Proses yang berat atau bahkan sangat
mudah terkadang membuat kita lupa pada tujuan semula, sehingga menimbulkan
kehancuran, kecewa, kesedihan, dan hal negatif lainnya.
Itulah mengapa tujuan hidup begitu penting, sebab tujuan hidup menjadikan
sikap, perkataan, dan perbuatan kita tetap fokus dan kosisten. Tak jarang
segala macam kejadian yang kita alami mempengaruhi emosi dan pengambilan
keputusan, sehingga kondisi dan tujuan ikut berubah. Dengan kembali
memikirkan tujuan hidup maka kita dapat menemukan makna dan kepuasan dari
segala sesuatu yang kita lakukan.
Memiliki tujuan hidup juga dapat membangkitkan seluruh potensi dan membantu
kita menemukan kekayaan sejati. Sebab tak jarang, tujuan hidup itu
menggerakkan kita secara aktif, kreatif, dan disiplin dalam melakukan
langkah-langkah ekspansi. Dengan kata lain, tujuan hidup itu menjadikan
energi dan vitalitas kita meningkat dalam upaya mencapai sesuatu yang jauh
lebih bermakna.
Tujuan hidup juga akan membantu kita menggunakan waktu dan kesempatan
dengan sebaik mungkin, sebab kita mengetahui kemana akan menuju. Coba
bayangkan jika setiap bangun tidur kita tak mengerti apa yang harus
dilakukan? Tanpa tujuan hidup yang jelas akan membuat kita cenderung
menyia-nyiakan waktu dan kesempatan, tidak mampu bertindak cepat dan senang
menunda-nunda pekerjaan.
Memiliki tujuan hidup merupakan hal yang menakjubkan. Oleh sebab itu, maka
langkah pertama dan terpenting dalam mengarungi kehidupan adalah menentukan
tujuan hidup. Beberapa hal berikut mungkin dapat membantu Anda segera
menemukannya (tujuan hidup).
Langkah pertama dalam menentukan tujuan hidup adalah mengenali diri
sendiri; apa kekurangan dan kelebihan, apa yang Anda sukai dan inginkan.
Keinginan hati yang terdalam seringkali menjadi motivasi yang kuat untuk
melakukan langkah-langkah pencapaian. Orang-orang yang terkenal di dunia
karena prestasi mereka umumnya memiliki tujuan hidup yang berkaitan erat
dengan apa yang ada dalam diri mereka, terutama keahlian dan apa yang
mereka sukai.
Tujuan hidup haruslah baik. Leo Nikolaevich Tolstoy (1828-1910), seorang
pemikir dan novelis Rusia, mengatakan, "Satu-satunya arti kehidupan adalah
mengabdi pada kemanusiaan." Maka pastikan tujuan hidup Anda berkaitan erat
dengan kebaikan dunia sekitar & semua orang, memberi kebahagiaan dan
ketenangan; tidak menimbulkan kekesalan, kecurigaan, amarah, kesengsaraan
apalagi peperangan, serta hal-hal negatif lainnya.
Dalam menentukan tujuan hidup, Anda harus memikirkan kemana akhir
perjalanan hidup Anda. Langkah ini hampir sama dengan memikirkan bagaimana
tipe pekerjaan yang Anda inginkan, tipe rumah yang Anda sukai, dan lain
sebagainya. Terlebih dahulu deskripsikan kehidupan ideal itu, yang membuat
Anda benar-benar merasa senang, sehingga dengan senang hati pula Anda
menciptakan kemajuan-kemajuan serta menikmati sensasi tantangannya.
Untuk menentukan tujuan hidup, Anda juga harus menggunakan akal sekaligus
hati nurani. Sebab kehidupan yang terbaik adalah selaras dengan pikiran dan
hati. Banyak orang lebih bahagia dan sukses, karena mereka hidup dalam
keseimbangan; dalam arti menjalankan moral-spiritual, mendapatkan
ketenangan dan kepuasan batin, memiliki bisnis, karir dan keuangan yang
baik, keharmonisan keluarga, kebugaran fisik, kehidupan sosial
menyenangkan, dan lain sebagainya.
Menentukan tujuan hidup adalah langkah hidup terbesar yang akan membuat
Anda mencapai kepuasan dan kebahagiaan. Sebab tujuan hidup yang jelas
menjadi sebuah peta untuk membimbing Anda tiba tepat pada tujuan. Jadi
jangan tunda lagi, segera tentukan tujuan hidup Anda, sekarang!
"Life is a promise; fulfill it. - Kehidupan ini adalah sebuah janji; Penuhi
janji itu."
Mother Teresa
Tujuan hidup adalah keyakinan, moral, atau standar yang akan mengendalikan
hidup kita, sebab ia (tujuan hidup) memandu pola pikir dan perilaku kita.
Contoh seorang ayah ingin meluangkan waktu bersama anak lelakinya. Ia
merencanakan nonton pertandingan sepak bola. Tetapi ia kecewa karena
mobilnya terjebak macet parah.
Sesaat kemudian ia segera melupakan rasa kecewa dan kembali ceria, sebab ia
ingat tujuannya adalah meluangkan waktu bersama anak tersayang. Nonton bola
hanya sarana untuk mencapai tujuan dan bisa diganti dengan cara lain. Lalu
ia mampir ke sebuah kafe di pinggir jalan dan ia merasa senang karena
benar-benar mencapai tujuannya yaitu menghabiskan waktu berdua dengan
anaknya sepanjang hari.
Contoh lain misalnya dulu menikah tujuannya untuk mencari kebahagiaan
berdua. Tetapi setelah dalam proses beberapa tahun, justru masing-masing
mencari kesenangan sendiri-sendiri. Proses yang berat atau bahkan sangat
mudah terkadang membuat kita lupa pada tujuan semula, sehingga menimbulkan
kehancuran, kecewa, kesedihan, dan hal negatif lainnya.
Itulah mengapa tujuan hidup begitu penting, sebab tujuan hidup menjadikan
sikap, perkataan, dan perbuatan kita tetap fokus dan kosisten. Tak jarang
segala macam kejadian yang kita alami mempengaruhi emosi dan pengambilan
keputusan, sehingga kondisi dan tujuan ikut berubah. Dengan kembali
memikirkan tujuan hidup maka kita dapat menemukan makna dan kepuasan dari
segala sesuatu yang kita lakukan.
Memiliki tujuan hidup juga dapat membangkitkan seluruh potensi dan membantu
kita menemukan kekayaan sejati. Sebab tak jarang, tujuan hidup itu
menggerakkan kita secara aktif, kreatif, dan disiplin dalam melakukan
langkah-langkah ekspansi. Dengan kata lain, tujuan hidup itu menjadikan
energi dan vitalitas kita meningkat dalam upaya mencapai sesuatu yang jauh
lebih bermakna.
Tujuan hidup juga akan membantu kita menggunakan waktu dan kesempatan
dengan sebaik mungkin, sebab kita mengetahui kemana akan menuju. Coba
bayangkan jika setiap bangun tidur kita tak mengerti apa yang harus
dilakukan? Tanpa tujuan hidup yang jelas akan membuat kita cenderung
menyia-nyiakan waktu dan kesempatan, tidak mampu bertindak cepat dan senang
menunda-nunda pekerjaan.
Memiliki tujuan hidup merupakan hal yang menakjubkan. Oleh sebab itu, maka
langkah pertama dan terpenting dalam mengarungi kehidupan adalah menentukan
tujuan hidup. Beberapa hal berikut mungkin dapat membantu Anda segera
menemukannya (tujuan hidup).
Langkah pertama dalam menentukan tujuan hidup adalah mengenali diri
sendiri; apa kekurangan dan kelebihan, apa yang Anda sukai dan inginkan.
Keinginan hati yang terdalam seringkali menjadi motivasi yang kuat untuk
melakukan langkah-langkah pencapaian. Orang-orang yang terkenal di dunia
karena prestasi mereka umumnya memiliki tujuan hidup yang berkaitan erat
dengan apa yang ada dalam diri mereka, terutama keahlian dan apa yang
mereka sukai.
Tujuan hidup haruslah baik. Leo Nikolaevich Tolstoy (1828-1910), seorang
pemikir dan novelis Rusia, mengatakan, "Satu-satunya arti kehidupan adalah
mengabdi pada kemanusiaan." Maka pastikan tujuan hidup Anda berkaitan erat
dengan kebaikan dunia sekitar & semua orang, memberi kebahagiaan dan
ketenangan; tidak menimbulkan kekesalan, kecurigaan, amarah, kesengsaraan
apalagi peperangan, serta hal-hal negatif lainnya.
Dalam menentukan tujuan hidup, Anda harus memikirkan kemana akhir
perjalanan hidup Anda. Langkah ini hampir sama dengan memikirkan bagaimana
tipe pekerjaan yang Anda inginkan, tipe rumah yang Anda sukai, dan lain
sebagainya. Terlebih dahulu deskripsikan kehidupan ideal itu, yang membuat
Anda benar-benar merasa senang, sehingga dengan senang hati pula Anda
menciptakan kemajuan-kemajuan serta menikmati sensasi tantangannya.
Untuk menentukan tujuan hidup, Anda juga harus menggunakan akal sekaligus
hati nurani. Sebab kehidupan yang terbaik adalah selaras dengan pikiran dan
hati. Banyak orang lebih bahagia dan sukses, karena mereka hidup dalam
keseimbangan; dalam arti menjalankan moral-spiritual, mendapatkan
ketenangan dan kepuasan batin, memiliki bisnis, karir dan keuangan yang
baik, keharmonisan keluarga, kebugaran fisik, kehidupan sosial
menyenangkan, dan lain sebagainya.
Menentukan tujuan hidup adalah langkah hidup terbesar yang akan membuat
Anda mencapai kepuasan dan kebahagiaan. Sebab tujuan hidup yang jelas
menjadi sebuah peta untuk membimbing Anda tiba tepat pada tujuan. Jadi
jangan tunda lagi, segera tentukan tujuan hidup Anda, sekarang!
BERANI MENGALAH
BERANI MENGALAH
(Sebuah Percikan Permenungan)
Salah satu episode dalam film yang berjudul "Abraham" sungguh memukau,
karena di situ dikisahkan bagaimana sang tokoh berani memilih untuk
mengalah setelah kemenakannya, yang bernama Lot memilih terlebih dahulu.
Kata-katanya yang terkenal, "Kalau kamu ke kanan, aku ke kiri, kalau kamu
ke kiri aku ke kanan". Suatu sikap mengalah yang luar biasa. Sikap yang
mengalah tidak selamanya kalah, tetapi nanti suatu saat akan memetik
hasilnya. Lihat saja tokoh Jean Valjean dalam novel legendaris "Les
Miserables" tulisan Victor Hugo (1802-1885) bagaimana ia begitu terobsesi
untuk mencintai orang lain, dengan mengadopsi Cosette, anak tidak sah dari
Fantine, meskipun banyak tantangan dari pelbagai pihak. Sudah menjadi
pemandangan umum bahwa orang yang kalah berarti salah. Olah karena itu, ada
sikap gengsi untuk mengakui segala kelemahannya.
Memang dunia ini seolah-olah milik para pemenang dan bukan milik pecundang.
Bagaimana orang-orang yang memenangkan sebuah pertandingan ? Bukankah
mereka diarak serta disambut dengan kalung bunga dan diarak di atas mobil
terbuka disertai sorak-sorai ? Ketika raja Nebukadnezar (605-562 s.M) raja
Babel berhasil melumpuhkan negeri Yehuda, maka dengan semangat dia
berteriak, "Dunia ini adalah milikku." Sebagai pemenang, sang Raja bebas
bertindak apa saja yang ia kehendaki. Sedangkan yang kalah dianggap sebagai
budak. Juga Pharoh, yang dianggap sebagai Dewa yang hidup senantiasa
bertindak sewenang-senang, karena pasti memenangkan segala perkara. Bahkan
dirinya tidak mau kalah dengan dunia kematian, sehingga dibangunlah
piramida yang menurut kepercayaan orang Mesir, sang Raja yang disemayamkan
di tengah piramida itu tidak akan mati.
Kisah-kisah klasik seperti "Jane Eyre" tulisan Charlotte Bronte atau "Si
Bongkok dari Notre Dame" tulisan Victor Hugo, adalah sepenggal cerita yang
hendak mengemukakan tentang perjuangan yang kalah, namun pada akhir cerita
mendapatkan kemuliaan. Jane Eyre hidup dalam penderitaan yang luar biasa.
Namun pada akhirnya menemukan jodoh yang setia kepadanya. Dunia sufi
mengenal ilmu yang namanya "wani ngalah luhur wekasane" yang artinya kalau
kita sabar akan mendatangkan kebaikan pada akhirnya. Bukankah dunia
pewayangan senantiasa mengkisahkan orang-orang yang pada awalnya kalah,
namun pada akhir cerita mendapatkan kemuliaan serta kejayaan. Para putera
Raja, yakni sang pangeran tidak langsung menduduki tahta yang nikmat,
melainkan harus melewati pelbagai cobaan yang amat berat. Dalam "Ramayana"
putra mahkota harus mengalami "pembuangan" selama 12 tahun. Demikian pula
dalam "Mahabaratha" para putra
Pandawa harus dihukum di hutan belantara selama 12 tahun. Memang, dalam
dunia yang mengagungkan kekuasaan dan kekayaan, mereka dipandang sebagai
orang yang kalah. Tetapi dalam kisah-kisah wira-cerita di atas hendak
memberikan makna yang mendalam kepada kita bahwa penderitaan yang
dilandaskan pada kejujuran, ketulusan dan keiklasan, akhirnya mendapatkan
kemenangan dan kemuliaan ataupun mahkota. (no cross no crown).
Banyak kisah nyata yang sebenarnya hendak mempermalukan orang-orang cerdik
pandai. Di Indonesia ini, terlahir orang-orang yang tidak mengandalkan
gelar sebagai wibawa akademik untuk menuliskan sebuah buku. Lihat saja
Sujatmoko alm, Pramudya Ananta Toer alm, Andreas Harefa, dan Andre Wongso
adalah
orang-orang yang tidak memiliki gelar, namun mereka sangat produktif dalam
menelurkan karya-karya ilmiah. Dari segi gelar mereka kalah, namun,
kemenangan gelar akademik tidak berarti menang pula dalam produktivitas
karya-karyanya. Bukankah banyak doktor mandul dalam menuangkan gagasannya.
Saya pernah mendengar ungkapan yang berbunyi, "Menjadi doktor merupakan
puncak dari segala segala praktek ilmiah." Dalam hal ini, gelar doktor
dianggap sebagai tujuan,
sehingga ketika orang sudah mendapatkannya, berhenti pula untuk belajar.
Keberanian untuk mengalah harus diimbangi dengan kebesaran jiwa. Ambil
contoh para misionaris lampau seperti Fransiskus Xaverius. Orang selalu
terheran-heran melihat kekuatan fisik dan mental yang dimilikinya ketika
menjelejahi tanah-tanah asing, berhadapan dengan situasi-situasi penuh
tantangan. Pepatah mengatakan, "Senjata paling digdaya adalah hati manusia
yang berkobar-kobar untuk menaklukkan dunia." Tetapi kita harus juga
mengerti bahwa kemenangan atas dunia itu pertama-tama disadari sebagai
kemenangan atas diri sendiri. Pepatah Latin, "vincit qui se vincit" yang
artinya yang dapat menang adalah yang dapat mengalahkan dirinya sendiri
dapat memberi juga inspirasi bagi permenungan ini. Nabi Muhammad (570-632)
juga pernah mengatakan kepada para pengikutnya, "Perang yang kita lalui
kemarin, belum apa-apa dibandingkan dengan perang yang akan kita hadapi
yakni berperang melawan diri sendiri."
(Sebuah Percikan Permenungan)
Salah satu episode dalam film yang berjudul "Abraham" sungguh memukau,
karena di situ dikisahkan bagaimana sang tokoh berani memilih untuk
mengalah setelah kemenakannya, yang bernama Lot memilih terlebih dahulu.
Kata-katanya yang terkenal, "Kalau kamu ke kanan, aku ke kiri, kalau kamu
ke kiri aku ke kanan". Suatu sikap mengalah yang luar biasa. Sikap yang
mengalah tidak selamanya kalah, tetapi nanti suatu saat akan memetik
hasilnya. Lihat saja tokoh Jean Valjean dalam novel legendaris "Les
Miserables" tulisan Victor Hugo (1802-1885) bagaimana ia begitu terobsesi
untuk mencintai orang lain, dengan mengadopsi Cosette, anak tidak sah dari
Fantine, meskipun banyak tantangan dari pelbagai pihak. Sudah menjadi
pemandangan umum bahwa orang yang kalah berarti salah. Olah karena itu, ada
sikap gengsi untuk mengakui segala kelemahannya.
Memang dunia ini seolah-olah milik para pemenang dan bukan milik pecundang.
Bagaimana orang-orang yang memenangkan sebuah pertandingan ? Bukankah
mereka diarak serta disambut dengan kalung bunga dan diarak di atas mobil
terbuka disertai sorak-sorai ? Ketika raja Nebukadnezar (605-562 s.M) raja
Babel berhasil melumpuhkan negeri Yehuda, maka dengan semangat dia
berteriak, "Dunia ini adalah milikku." Sebagai pemenang, sang Raja bebas
bertindak apa saja yang ia kehendaki. Sedangkan yang kalah dianggap sebagai
budak. Juga Pharoh, yang dianggap sebagai Dewa yang hidup senantiasa
bertindak sewenang-senang, karena pasti memenangkan segala perkara. Bahkan
dirinya tidak mau kalah dengan dunia kematian, sehingga dibangunlah
piramida yang menurut kepercayaan orang Mesir, sang Raja yang disemayamkan
di tengah piramida itu tidak akan mati.
Kisah-kisah klasik seperti "Jane Eyre" tulisan Charlotte Bronte atau "Si
Bongkok dari Notre Dame" tulisan Victor Hugo, adalah sepenggal cerita yang
hendak mengemukakan tentang perjuangan yang kalah, namun pada akhir cerita
mendapatkan kemuliaan. Jane Eyre hidup dalam penderitaan yang luar biasa.
Namun pada akhirnya menemukan jodoh yang setia kepadanya. Dunia sufi
mengenal ilmu yang namanya "wani ngalah luhur wekasane" yang artinya kalau
kita sabar akan mendatangkan kebaikan pada akhirnya. Bukankah dunia
pewayangan senantiasa mengkisahkan orang-orang yang pada awalnya kalah,
namun pada akhir cerita mendapatkan kemuliaan serta kejayaan. Para putera
Raja, yakni sang pangeran tidak langsung menduduki tahta yang nikmat,
melainkan harus melewati pelbagai cobaan yang amat berat. Dalam "Ramayana"
putra mahkota harus mengalami "pembuangan" selama 12 tahun. Demikian pula
dalam "Mahabaratha" para putra
Pandawa harus dihukum di hutan belantara selama 12 tahun. Memang, dalam
dunia yang mengagungkan kekuasaan dan kekayaan, mereka dipandang sebagai
orang yang kalah. Tetapi dalam kisah-kisah wira-cerita di atas hendak
memberikan makna yang mendalam kepada kita bahwa penderitaan yang
dilandaskan pada kejujuran, ketulusan dan keiklasan, akhirnya mendapatkan
kemenangan dan kemuliaan ataupun mahkota. (no cross no crown).
Banyak kisah nyata yang sebenarnya hendak mempermalukan orang-orang cerdik
pandai. Di Indonesia ini, terlahir orang-orang yang tidak mengandalkan
gelar sebagai wibawa akademik untuk menuliskan sebuah buku. Lihat saja
Sujatmoko alm, Pramudya Ananta Toer alm, Andreas Harefa, dan Andre Wongso
adalah
orang-orang yang tidak memiliki gelar, namun mereka sangat produktif dalam
menelurkan karya-karya ilmiah. Dari segi gelar mereka kalah, namun,
kemenangan gelar akademik tidak berarti menang pula dalam produktivitas
karya-karyanya. Bukankah banyak doktor mandul dalam menuangkan gagasannya.
Saya pernah mendengar ungkapan yang berbunyi, "Menjadi doktor merupakan
puncak dari segala segala praktek ilmiah." Dalam hal ini, gelar doktor
dianggap sebagai tujuan,
sehingga ketika orang sudah mendapatkannya, berhenti pula untuk belajar.
Keberanian untuk mengalah harus diimbangi dengan kebesaran jiwa. Ambil
contoh para misionaris lampau seperti Fransiskus Xaverius. Orang selalu
terheran-heran melihat kekuatan fisik dan mental yang dimilikinya ketika
menjelejahi tanah-tanah asing, berhadapan dengan situasi-situasi penuh
tantangan. Pepatah mengatakan, "Senjata paling digdaya adalah hati manusia
yang berkobar-kobar untuk menaklukkan dunia." Tetapi kita harus juga
mengerti bahwa kemenangan atas dunia itu pertama-tama disadari sebagai
kemenangan atas diri sendiri. Pepatah Latin, "vincit qui se vincit" yang
artinya yang dapat menang adalah yang dapat mengalahkan dirinya sendiri
dapat memberi juga inspirasi bagi permenungan ini. Nabi Muhammad (570-632)
juga pernah mengatakan kepada para pengikutnya, "Perang yang kita lalui
kemarin, belum apa-apa dibandingkan dengan perang yang akan kita hadapi
yakni berperang melawan diri sendiri."
Langganan:
Postingan (Atom)